Hal itu terungkap ketika orangtua siswa yang tak lulus UN dikumpulkan di SMAN 1 Pandeglang, Selasa (27/4), untuk diberi pengertian oleh pihak sekolah.
“Pak tolong anak saya. Sekarang tidak ada di rumah. Di kosannya juga tak ada. Saya sudah mencari ke sana kemari tapi tidak ketemu. Rekannya juga tak tahu keberadaan anak saya. Mudah-mudahan bapak bisa membantu mencari anak saya,” ujar seorang ibu ketika mengutarakan kegelisahannya kepada Kepala SMAN 1 Pandeglang Epi Saefudin, Selasa (27/4), usai acara.
Ibu setengah baya itu menangis terisak-isak sambil sesekali mengusap air mata. Ia tak menghiraukan wartawan yang mewawancarai dan langsung pergi. Bahkan ketika ditanya namanya ia tak mau menyebutkan.
Pada kesempatan itu juga terungkap bahwa sejumlah anak pejabat Pemkab Pandeglang dinyatakan tidak lulus UN dan harus ikut UN ulangan 10 Mei mendatang. Bahkan ada seorang siswa yang sudah diterima di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung melalui penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) namun tidak lulus UN.
Kepala SMAN 1 Pandeglang Epi Saefudin mengatakan, akan mencari siswa yang tidak diketahui keberadaannya itu dengan cara mengontak rekan terdekatnya. “Nanti kami cari. Memang para orang tua kecewa anaknya tak lulus tetapi semua memahami ketentuan ini. Semua yang tak lulus itu mentok di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bahkan ada yang memperoleh nilai Matematika 9 dan 10 juga tak lulus,” kata Epi seraya menambahkan siswanya yang belum kembali itu berinisial DE.
Dijelaskan, dari dulu pihaknya tak setuju dengan UN yang menjadi standar kelulusan. Padahal yang tahu permasalahan untuk meluluskan adalah guru. “Saya sudah sampaikan kepada Pak Wagub (Wakil Gubernur, red) ketika meninjau pelaksanaan UN beberapa waktu lalu,” katanya.
SOAL TAK ADA
Sementara itu di SMAN 6 Pandeglang ada dua siswa yang tak lulus gara-gara nilai Bahasa Indonesia tak ada, padahal kedua siswa bernama Wisnu Gilang dan Fily Tiara Febriyanti itu ikut UN. Meski tanpa nilai Bahasa Indonesia mereka memperoleh total nilai 36,05 dan 36,10. “Kami heran kenapa nilai Bahasa Indonesia tak ada. Kami sudah menanyakan ke provinsi tapi tak tahu datanya. Kami ingin agar nilai Bahasa Indonesia dua anak kami ada. Bila tak ada maka anak kami dirugikan. Makanya kami menuntut keadilan,” ungkap Suherman, Kepala SMAN 6 Pandeglang.
Sementara orangtua Fily Tiara Febriyanti, Mamay, ketika ditemui di rumahnya di Kadu Pandak, mengaku tak tahu bila anaknya tak lulus. Namun ia membenarkan bila anaknya pernah cerita bahwa nilai Bahasa Indonesia tidak ada. “Anak saya sedang ke sekolah. Katanya sedang mengurus nilai Bahasa Indonesia,” kata Mamay yang saat itu sedang sakit.
JANGAN JADI KORBAN
Sementara itu Kepala SMA Al-Bayan Citeras, Kabupaten Lebak, Eman Suherman mengatakan, tidak ingin siswanya yang semuanya tidak lulus UN dibesar-besarkan di media. “Kami sudah sakit dengan kejadian ini, jika dibesarkan oleh media kami tambah sakit,” kata Eman saat ditemui di rumahnya, tadi malam.
Eman mengakui, semua siswa kelas tiga MA Al Bayan yang ikut UN tahun ini tidak lulus. Namun dia tidak mau menyebut jumlahnya. Eman optimistis melalui ujian ulang siswanya akan lulus.
Pantauan Radar Banten, kemarin pagi sekira pukul 08.00, anak kelas tiga di SMA Al-Bayan sedang melaksanakan ujian akhir pondok pesantren. Seorang guru, Hapid, mengatakan tidak mengetahui tentang angka kelulusan di sekolah ini.
Terpisah Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dindik Lebak Asep Komar Hidayat yang ditemui di kantornya mengatakan, angka kelulusan siswa SMA di Lebak menurun drastis dibandingkan pada 2009. Tahun lalu, ungkapnya, angka kelulusan 98%, namun kini angka kelulusan hanya 76,02% untuk SMA dan 80,82% untuk SMK.
Ketika ditanya soal sekolah yang siswanya tidak lulus, Asep enggan memberikan komentar. “Saya punya datanya, tapi saya nggak mau memberikannya karena khawatir akan memberikan dampak psikologis kurang baik terhadap sekolah yang bersangkutan,” ujarnya.
Pembinaan Siswa
Tingginya angka siswa SMA dan SMK di Cilegon yang tidak lulus UN membuat Dinas Pendidikan (Dindik) mengeluarkan instruksi ke seluruh sekolah. Instruksi tersebut ditujukan kepada kepala sekolah agar mengintensifkan bimbingan belajar bagi para siswa yang gagal UN. Sehingga pada UN susulan yang dijadwalkan berlangsung 10 Mei para siswa dapat memperbaiki standar nilai mata pelajaran yang tidak lulus.
Kepala Dindik Cilegon Ratu Ati Marliati mengatakan, salah satu langkah guna memperbaiki nilai mata pelajaran yang tidak mencapai standar kelulusan sebesar 5,50, bisa dengan cara memberikan pembekalan atau bimbingan belajar (bimbel). Kata Ati, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa memang banyak yang gagal meraih nilai sempurna.
“Kita instruksikan seluruh SLTA melalui kepsek melakukan pembinaan kepada siswa. Ini sebagai salah satu bentuk memotivasi siswa,” kata Ati saat ditemui usai Rapat Paripurna Istimewa HUT Cilegon, Selasa (27/4).
Menurut Ati, jatuhnya nilai kelulusan pada pelajaran Bahasa Indonesia disebabkan karena kualitas soal yang dirasa sangat tinggi untuk dipahami siswa. “Semua siswa di Banten rata-rata gagal di pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi masalah ini bukan terjadi di Cilegon saja, tetapi menyeluruh hampir di setiap daerah,” tandasnya.
Kepala Sekolah SMAN 2 Cilegon Eman Sugiman saat dikonfirmasi siap mendukung dan menjalankan instruksi Dindik. “Mulai besok (hari ini-red) kita akan memulai kegiatan bimbingan belajar untuk menghadapi UN susulan,” pungkasnya. (adj/air/mg-05)